Minum Karnitin Tubuh Atletis?
Oleh: Sulistyo Prabowo
Seorang pria gemuk berdiri di pinggir jalan. Setiap wanita yang melintas di depannya tampak begitu terpesona sehingga si pria semakin gede rasa. Akan tetapi, ketika dia menoleh ke belakang, tampak seorang pria ganteng berdiri tanpa mengenakan baju, memperlihatkan postur tegap dan otot yang membentuk tubuh ideal dan atletis.
Anda yang gemar nonton televisi pasti sangat kenal dengan spot iklan sebuah produk susu tersebut. Postur tubuh seperti itu menjadi idaman bagi kaum Adam dan mungkin menjadi daya tarik bagi kaum Hawa, seperti yang dimaksud dalam iklan tersebut.
Jika produk susu yang banyak diiklankan selama ini adalah susu formula untuk bayi dan manula, maka produk yang satu ini dimaksudkan bagi segmen pasar orang dewasa. Dalam produk tersebut dikatakan, karena mengandung L-karnitin (L-Carnitine) dan protein tinggi, maka dapat membantu membentuk tubuh lebih atletis. Tetapi, benarkah klaim tersebut?
Karnitin, koenzim vital dalam jaringan tubuh hewan dan berperan dalam metabolisme lemak, merupakan substansi seperti vitamin yang banyak mendapatkan perhatian dewasa ini. Senyawa ini mirip dengan vitamin, dengan pengecualian bahwa pada kondisi normal, hewan tingkat tinggi menyintesa sendiri kebutuhan totalnya. Karena itu, tidak perlu menambahkan karnitin dalam makanan sehari-hari. Namun, beberapa penelitian menunjukkan bahwa sintesis karnitin badan kemungkinan tidak mencukupi untuk beberapa individu. Selain itu, sejumlah penyakit dapat meningkatkan level karnitin dalam cairan tubuh dan jaringan. Hal ini menimbulkan dua pertanyaan: (1) apakah sintesis oleh tubuh mencukupi kebutuhan karnitin untuk dapat menjaga kesehatan dan (2) apa peranan, jika ada, karnitin dalam beberapa penyakit?
Karnitin pertama kali diisolasi dari ekstrak daging pada tahun 1905, tetapi strukturnya belum ditemukan sampai tahun 1927. Lalu, 20 tahun kemudian, saat Fraenkel (1947) meneliti peranan asam folat dalam makanan serangga menemukan bahwa ulat (Tenebrio molitor) memerlukan faktor pertumbuhan yang ada dalam ragi. Fraenkel menamakan faktor tersebut dengan vitamin BT. Vitamin B karena mempunyai sifat larut dalam air dan T dari Tenebrio. Karena tidak dikenal sebagai vitamin, kemudian namanya diubah menjadi karnitin.
Metabolisme
Karnitin disintesis dalam hati. Pada tikus, kandungan tertinggi ditemukan pada kelenjar adrenalin, jantung, otot rangka, jaringan adiposa, dan hati. Sedikit terkandung dalam ginjal dan otak. Pada manusia, kandungan karnitin otot rangka 40 kali lebih banyak dari yang ada dalam darah. Seperti vitamin yang larut dalam air, dipercaya bahwa karnitin lebih mudah dan dapat terserap seluruhnya.
Karnitin memainkan peranan panting dalam metabolisme lemak dan produksi energi pada mamalia. Fungsi tersebut adalah sebagai berikut:
1. Pemindahan dan pembakaran asam lemak. Karnitin memfasilitasi pemindahan melalui membran mitokondria. Karnitin merupakan bagian dari mekanisme pembawa di mana asam lemak rantai panjang dibuat menjadi turunan asil karnitin dan dibawa melalui membran mitokondria. Membran mitokondria sendiri tidak dapat dilalui oleh asam lemak rantai panjang sendirian atau oleh ester koenzim A-nya. Begitu melalui membran mitokondria, asil karnitin diubah menjadi bentuk koenzim A asam lemak dan dalam kondisi beta-oksidasi melepaskan energi.
2. Sintesis lemak. Meskipun peranan ini masih kontroversial, karnitin tampaknya terlibat dalam pemindahan kelompok asetil kembali ke sitoplasma untuk sintesis asam lemak.
3. Pemanfaatan badan keton. Karnitin memacu oksidasi asetoaseton sehingga berperan dalam pemanfaatan badan keton.
Dewasa ini penekanan utama dalam penelitian adalah peranan karnitin dalam oksidasi asam lemak. Metabolisme karnitin dipelajari terutama dalam kondisi di mana ada perubahan katabolisme lemak dengan perubahan kondisi fisiologi (puasa, latihan, luka bakar, kehamilan, adaptasi dingin) atau kondisi ada penyakit (hipertiroid, hipotiroid, diabetes, aterosklerosis, dan sebagainya).
Kebutuhan
Jika karnitin merupakan zat gizi esensial, dapat dipastikan bahwa kekurangan dalam diet menyebabkan gejala penyakit yang masih dapat diatasi. Dalam kondisi normal tidak ada kebutuhan khusus untuk karnitin. Namun, jika metabolisme tidak normal dan dapat menghambat sintesis, gangguan dalam penggunaan atau meningkatnya katabolisme karnitin dapat diikuti oleh gejala sakit, maka terkadang diperlukan adanya suplemen dari makanan.
Seperti telah dikemukakan di muka, karnitin banyak terkandung dalam pangan hewani dan rendah dalam nabati. Kandungan yang tinggi ada dalam daging, hati, jantung, ragi, ayam, kelinci, susu, dan whey. Sumber yang bagus adalah avokad, kasein, dan kecambah gandum, sementara yang kurang bagus ada dalam kubis, kacang, dan gandum.
Rendahnya kandungan karnitin dalam bahan nabati dikarenakan bahan tersebut biasanya kurang mengandung asam amino esensial lisin dan metionin. Karena itu, diet vegetarian cenderung rendah karnitin. Meski belum diketahui secara pasti, sangat mungkin karnitin disintesis dalam tubuh dari lisin dan metionin. Masih perlu penelitian lebih lanjut terhadap peranan karnitin dalam kesehatan manusia.
Jika karnitin tidak diperlukan dalam suplementasi makanan, seharusnya klaim iklan tadi lebih menekankan pada tingginya kandungan protein, bukan pada adanya L-karnitin. Protein memang dikenal sebagai zat pembangun dalam tubuh. Jadi, jika Anda ingin mempunyai bentuk tubuh yang lebih atletis, konsumsilah asupan tinggi protein, bukan tinggi karnitin!
Sumber: artikel ini disadur ulang dari tulisan yang pernah dimuat di kompas tahun 2004
http://kompas.com/kompas-cetak/0404/28/ilpeng/994046.htm